Budidaya Jamur tiram putih

Sebelum mempelajari budidaya jamur berikut, lakukan LKS 4 sebagai studi kasus budidaya jamur agar mendapat pengalaman langsung dan tugas portofolio.
1. Teknik Pembibitan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Untuk mendapat hasil budidaya yang optimal, sebaiknya perhatikan sistematika jamur tiram sebagai berikut :
Karena jamur tiram mudah untuk dibudidayakan, masyarakat banyak mengupayakannya sebagai home industri hingga industri besar. Bahkan di SMA N 6 Yogyakarta juga sudah mengupayakan, namun baru satu jenis saja yaitu Jamur tiram putih.


·         Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Jamur tiram putih merupakan jenis jamur yang banyak dibudidayakan, sehingga menjadi potensi lokal yang banyak dijumpai di wilayah Sleman, jamur ini juga sudah dicoba untuk dibudidayakan di SMA 6 Yogyakarta. Oleh karena itu, potensi ini dapat dimanfaatkan sebagai obyek sumber belajar materi Basidiomycota dan perananya bagi kehidupan dalam media blog bentuk tutorial-discovery.
Gambar 30.  budidaya jamur tiram di SMA N 6 Yogyakarta

·         Morfologi
Jamur tiram memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini memiliki tudung  (pileus) dan tangkai  (stipe atau stalk).   Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5 cm-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Tangkainya dapat pendek atau panjang (2cm-6cm) tergantung pada kondisi  lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya.
Jamur tiram selnya berinti, berspora, tidak berklorofil dan merupakan sel-sel lepas atau berambungan membentuk benang yang bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa (sehelai benang). Hifa jamur terdiri dari sel-sel yang berinti satu dan haploid. Hifa jamur menyatu membentuk jaringan yang disebut miselium (kumpulan hifa). Miselium jamur bercabang-cabang dan pada titik-titik pertemuannya membentuk bintik kecil yang disebut sporangium yang akan tumbuh menjadi pin head (tunas atau calon tubuh buah jamur) dan akhirnya berkembang (tumbuh) menjadi jamur atau tubuh buah. Permukaan bawah tudung dari tubuh buah muda terdapat bilah-bilah (lamella) (Djarijah, 2001: 13).
·         Lingkungan Hidup
Jamur tiram termasuk golongan heterotropik yang hidupnya bergantung pada lingkungannya. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah air, keasaman (pH), substrat, kelembaban, suhu udara dan ketersediaan nutrisi. Air dibutuhkan untuk transportasi atau aliran partikel kimia antar sel yang menjamin pertumbuhan dan perkembangan miselium membentuk tubuh sekaligus menghasilkan spora. Pertumbuhan spora dan miselium jamur umumnya membutuhkan kelembaban udara optimal. Jamur tiram memiliki toleransi dan ketahanan terbatas terhadap keasaman (pH), substrat (media tumbuh), dan suhu lingkungan. (Djarijah, 2001 :15)
Jamur tiram tumbuh dan berkembang sepanjang tahun di daerah beriklim dingin sampai daerah tropis yang beriklim panas. Miselium jamur tumbuh optimal pada suhu 25-30 ºC, dalam keadaan gelap dan kondisi asam (pH 5,5-6,5). Sedangkan tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada suhu 18-20 ºC. Tetapi, kondisi lingkungan atau substrat tempat tumbuh yang terlalu asam (pH rendah) atau pH terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan miselium. Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak tumbuh pada tempat-tempat yang gelap. Tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada lingkungan yang agak terang dan kondisi keasaman agak netral (pH 6,8-7,0). Cahaya matahari dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah (tangkai dan tudung). Tangkai jamur tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal jika saat pembentukan primodia penyinaran lebih dari 40 lux. Cahaya matahari yang menembus permukaan tubuh buah jamur akan merusak dan menyebabkan kelayuan. Jamur tiram yang tumbuh pada tempat-tempat yang banyak menerima penyinaran matahari memiliki tudung yang relatif kecil. Pertumbuhan jamur hanya memerlukan sinar yang bersifat menyebar atau diffuse light (Djarijah, 2001 :16).
Jamur tiram termasuk dalam jenis jamur yang dapat tumbuh dan berkembang pada berbagai macam kayu lapuk. Jamur tiram tumbuh optimal pada kayu lapuk yang tersebar di dataran rendah sampai lereng pegunungna atau kawasan yang memiliki ketinggian antara 600-800 m dpl. Jamur tiram adalah jenis saprofit semi anaerob yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan. Kandungan oksigen udara yang sedikit di sekitar tempat tumbuh jamur akan mengganggu pembentukan tubuh buah. Jamur tiram yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksigen memiliki tubuh kecil dan abnormal. Kebanyakan tubuh buah jamur yang tumbuh pada lingkungan tersebut mudah layu dan mati (Djarijah, 2001 :17)
·         Siklus Hidup
Siklus hidup jamur tiram hampir sama dengan siklus hidup jenis jamur dari kelas Basidiomycetes. Tahap-tahap pertumbuhan jamur tiram adalah sebagai berikut: 
Ø Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di tempat lembab akan tumbuh dan membentuk serat-serat halus menyerupai serat kasar disebut miselium.
Ø Jika keadaan lingkungan tempat miselium baik, dalam arti temperatur, kelembaban, substrat tempat tumbuh memungkinkan, maka kumpulan miselium akan membentuk bakal tubuh buah jamur.
Ø Bakal tubuh buah jamur kemudian membesar dan pada akhirnya membentuk tubuh buah jamur yang kemudian dipanen.
Ø Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora, jika spora sudah matang atau dewasa akan jatuh dari tubuh  buah jamur (Suriawiria, 2006 : 96).
Ditinjau dari aspek biologinya, jamur tiram relatif lebih mudah dibudidayakan. Pengembangan jamur tiram tidak memerlukan lahan yang luas. Masa produksi jamur tiram relatif lebih cepat sehingga periode dan waktu panen lebih singkat dan dapat kontinu. Pemeliharaan jamur tiram sangat praktis dan sederhana, yaitu dengan cara menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Langkah-langkah pemeliharaan atau penanaman jamur tiram meliputi persiapan sarana produksi dan tahapan budidaya.
·         Kandungan Nutrisi
Jamur tiram mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin, dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lainnya. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino (isoleusin, lysine, methionin, cystein, penylalanin, tyrosin, treonin, tryptopan, valin, arginin, histidin, alanin, asam aspartat, asam glutamate, glysin, prolin, dan serin) yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah sebagai berikut :
                    Tabel 4. Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gr jamur tiram (Djarijah, 2001: 10)
Zat Gizi
Kandungan
Kalori (Energi)
367  Kal   
Protein
10,5 - 30,4  %
Karbohidrat
56,6  %
Lemak                        
1,7 – 2,2  %
Thiamin
0,20  mg
Riboflavin
4,7 – 4,9  mg
Niacin
77,2  mg
Ca (Kalsium)
314  mg
K(Kalium)
3793  mg
P (Fosfor)
717  mg
Na (Natrium)
837  mg
Fe(Besi)
3,4 – 18,2  mg
           Jamur tiram juga memiliki sifat menetralkan racun dan zat-zat radioaktif dalam tanah. Juga memiliki banyak khasiat seperti menghentikan pendarahan, mempercepat pengeringan luka, mencegah diabetes mellitus, menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas dan daya tahan tubuh, serta mencegah tumor, kanker, kelenjar gondok, influenza, sekaligus memperlancar buang air besar (Djarijah, 2001 :10).

Bibit jamur merupakan faktor penting dalam budidaya. Masalah pokok yang penting diperhatikan adalah sebagai berikut :
           a.       Media Dasar
Gambar 46. Media PDA
Media dasar merupakan media untuk menumbuhkan bibit murni hasil perkecambahan spora atau bibit murni yang diperoleh dari laboratorium. Media dasar yang paling umum digunakan  pada awal pembibitan adalah kaldu kentang dekstrosa atau Potato Dextrosa Agar (PDA). Kedua media dasar ini merupakan media paling sederhana, dibuat dari air rebusan kentang ditambah dengan dekstrosa (untuk membuat kaldu atau larutan) dan ditambah lagi dengan bahan pemadat, misalnya agar.
            b.    Bibit Murni atau kultur murni
Bibit murni adalah miselia jamur yang tumbuh di media dasar dan merupakan stok untuk keperluan pembuatan bibit jamur. Bibit murni yang ditumbuhkan di media dasar dapat disimpan sampai 6 bulan. Namun, dengan penggunaan “freeze drying”, bibit murni dapat disimpan selama 2-4 tahun tanpa mengalami kerusakan.
           c.      Substrat bibit
Substrat bibit berbeda dengan substrat  media dasar, karena substrat bibit terbuat dari bahan-bahan yang berhubungan dengan substrat tanam, misalnya media bibit untuk jamur kayu. Komposisi bahan (formula) variasinya tergantung pada tujuan pembuatan bibit. Media bibit juga harus berada dalam keadaan steril, untuk menghindari atau yang akan menganggu pertumbuhan jamur yang akan ditanam.
            d.    Lingkungan
Jamur tiram termasuk golongan heterotropik yang hidupnya bergantung pada lingkungannya. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur antara lain : air, keasaman (pH), substrat, kelembaban, suhu udara dan ketersediaan nutrisi.  Pertumbuhan spora dan miselium jamur umumnya membutuhkan kelembaban udara optimal. Jamur tiram memiliki toleransi dan ketahanan terbatas terhadap keasaman (pH), substrat (media tumbuh), dan suhu lingkungan. (Djarijah, 2001 :15) Miselium jamur tumbuh optimal pada suhu 25-30 ºC, dalam keadaan gelap dan kondisi asam (pH 5,5-6,5). Sedangkan tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada suhu 18-20 ºC. Tetapi, kondisi lingkungan atau substrat tempat tumbuh yang terlalu asam (pH rendah) atau pH terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan miselium. Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak tumbuh pada tempat-tempat yang gelap. Tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada lingkungan yang agak terang dan kondisi keasaman agak netral (pH 6,8-7,0). Cahaya matahari dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah (tangkai dan tudung). Tangkai jamur tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal jika saat pembentukan primodia penyinaran lebih dari 40 lux. Cahaya matahari yang menembus permukaan tubuh buah jamur akan merusak dan menyebabkan kelayuan. Jamur tiram yang tumbuh pada tempat-tempat yang banyak menerima penyinaran matahari memiliki tudung yang relatif kecil. Pertumbuhan jamur hanya memerlukan sinar yang bersifat menyebar atau diffuse light (Djarijah, 2001 :16). Jamur  tiram termasuk dalam jenis jamur yang dapat tumbuh dan berkembang pada berbagai macam kayu lapuk. Jamur tiram tumbuh optimal pada kayu lapuk yang tersebar di dataran rendah sampai lereng pegunungna atau kawasan yang memiliki ketinggian antara 600-800 m dpl. Jamur tiram adalah jenis saprofit semi anaerob yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan. Kandungan oksigen udara yang sedikit di sekitar tempat tumbuh jamur akan mengganggu pembentukan tubuh buah. Jamur tiram yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksigen memiliki tubuh kecil dan abnormal. Kebanyakan tubuh buah jamur yang tumbuh pada lingkungan tersebut mudah layu dan mati (Djarijah, 2001 :17)
Pertumbuhan jamur sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yaitu:
a)    Air
Air dibutuhkan untuk transportasi atau aliran partikel kimia antar sel yang menjamin pertumbuhan dan perkembangan miselium membentuk tubuh sekaligus menghasilkan spora.
Kandungan air yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur sekitar 60-80% karena apabila media kering akan menyebabkan pertumbuhan terganggu dan terhenti sama sekali. Namun, sebaiknya jangan terlalu tinggi (lebih dari 80%) karena miselia akan membusuk atau mati. Jamur akan mendapat kandungan air yang cukup apabila waktu dan kuantitas penyiraman disesuaikan dengan lingkungan sekitar. Sebaiknya penyiraman dilakukan pada sore hari.
Gambar 47.  alat penyemprot (sprayer)
b)   Sumber nutrisi
Kehidupan dan perkembangan jamur memerlukan sumber nutrisi atau makanan dalam bentuk unsure-unsur kimia misalnya nitrogen, fosfor, belerang, kalium, karbon, dan lain-lain. Unsur-unsur ini sudah tersedia dalam jaringan kayu tetapi masih diperlukan penambahan dari luar misalnya dalam bentuk pupuk.
c)    Temperatur
Jamur umumnya akan tumbuh baik pada kisaran temperature antara 24-28 ºC. selama pertumbuhan bibit (miselia seperti benang kapas), temperature diatur antara 28-30 ºC, sedangkan selama pertumbuahn tubuh jamur sampai panen diatur antara 26-28 ºC.
d)    Kelembaban udara
Selama pertumbuhan bibit dan pertumbuhan tubuh buah, kelembaban udara diatur sekitar 90%. Tetapi jika kelembaban kurang misalnya sekitar 80% maka substrat jamur akan mengering. Cara menjaga kelembapan ini antara lain dengan menyemprot air secukupnya.
e)    Cahaya
Jamur sangat peka terhadap cahaya, misalnya cahaya matahari secara langsung. Oleh sebab itu, tempat-tempat yang teduh misalnya di bawah pohon pelindung atau di dalam ruangan merupakan tempat yang sangat baik untuk pemeliharaan.
f)     Kontaminasi
Gambar 48. bibit yang terkontaminasi
Kontaminasi adalah kehadiran jamur lain yang merugikan. Selama pemeliharaan, pertumbuhan miselia jamur dalam media harus sering diteliti atau diperiksa, terutama jika ada pertumbuhan miselia berwarna gelap (hitam, coklat, hijau, biru atau merah), yang menandakan kehadiran jamur lain tersebut. Media yang terkontaminasi sebaiknya diganti dan jamur dipindahkan pada media yang lain atau media tersebut dimusnahkan dengan cara dikubur dan dibakar.
Gambar 49. Baglog yang terkontaminasi
g)   Raising
Raising adalah usaha untuk mengatur kondisi lingkungan atau media tempat tumbuh jamur agar miselianya tumbuh optimal dalam membentuk tubuh buah.
            e.    Teknik pembuatan dan pemeliharaan bibit
Teknik yang digunakan harus efisien dan efektif sesuai dengan jenis jamur yang ditumbuhkan. Bibit jamur yang ditanam pada umumnya masih dalam bentuk miselia dengan pertumbuhan terbatas. Miselia tumbuh dan berkembang ke segala arah. Jika perkembangan miselia sudah cukup dan kondisi miselia memadai, maka tumbuh bakal atau kuncup tubuh buah, berupa bulatan sebesar kepala jarum pentul. Jika kondisi lingkungan memungkinkan, kuncup tersebut akan tumbuh membesar hingga akhirnya membentuk tubuh buah yang disebut batang jamur (Suriawiria, 2002 : 63-68).

2.      Prosedur Kerja
Budidaya jamur tiram diproduksi melalui 4 tahap pembiakan tetapi pembibitan jamur tiram hanya terdiri dari 3 tahap yaitu :
                   Tabel 5. Tahap pembiakan jamur tiram :



   1.      Pembuatan kultur murni
     Tahap ini meliputi :
   a)      Penyiapan alat dan bahan
 Beberapa bahan dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan bibit induk (F1)  adalah sebagai berikut :
  •                                       Laminar Air Flow (LAF)

  •                                       Autoklave
                                    

  •                                    Dissecting kids  (pinset atau penjepit, scapel, gunting, dan lain-lain) 
  •                                         Alat-alat dari gelas (tabung reaksi dari beaker glass) 
  •                                         Inoculating set (jarum ose dari jarum inokulasi) 
  •                                         Timbangan
  •           Alat-alat lainnya (Tabung reaksi dan rak tabung reaksi)
  •                                        Bahan-bahan untuk media tumbuh

Bahan yang digunakan dalam pembiakan jamur tahap ini adalah bahan semi sintetis, alcohol, dan aquadest steril. Bahan semi sintetis berupa campuran agar, dekstrose dari kentang. Komposisi bahan-bahan yang diperlukan terdiri dari 50 kentang, 5 gram dekstrose, 2,5 gram agar-agar dan aquadesh steril.
b)   Pembuatan media tanam
Pembuatan media tanam yang digunakan untuk pembiakan (F1) jamur tiram adalah :
1) Membersihkan kentang dan mencucinya dengan air bersih.
2) Mengiris-iris kentang dan dicuci kembali dengan aquadest steril
3) Merebus kentang selama 30-45 menit
4) Menambahkan serbuk gergaji dan menyaring dengan kain flannel
5) Menambahkan agar dan dekstrose
6) Merebus kembali campuran tersebut selama 15 menit
7) Mendinginkan dan memasukkan campuran tersebut ke dalam tabung reaksi
8) Menutup ujung tabung dengan kapas dan dibalut aluminium foil
9) Mensterilkan media tersebut pada autoclave dengan suhu 125ºC selama 1 jam
10) Mengangkat dan mendinginkan tabung reaksi dengan posisi miring
c)    Pemilihan jamur
Beberapa kriteria jamur tiram putih yang harus diperhatikan untuk menjadi induk adalah :
1) Jamur cukup dewasa, sehat, dan bebas dari hama penyakit
2) Berumur sekitar 2-3 hari sebelum berkembang menjadi tubuh buah (masih berupa pin head)
3) Bebas dari kelainan fisik (normal)
4) Bentuknya besar, berdaging tebal, dan kokoh
d)     Pengambilan dan penanaman eksplan (inokulasi)
Sumber : www.youtube.com-inokulasi bibit
Inokulasi bibit induk (F1) jamur tiram terdiri dari beberapa proses yaitu:
1) Memilih dan mencabut jamur tiram yang memenuhi kriteria
2) Menyalakan lampu spiritus dan blower
3) Mencuci jamur tiram dengan aquadest hingga bersih
4) Menyemprot atau mencuci jamur tiram dengan alcohol 70%
5) Mengambil eksplan dengan pisau scapel steril kemudian menyayat jamur tiram secara vertical hingga terbelah menjadi dua bagian
6) Mengambil eksplan dengan cara menyayat beberapa bagian tangkai kira-kira sebesar (0,5x0,5) cm
7) Memasukkan eksplan tersebut ke dalam media tanam
8) Menginkubasi bibit F1 di dalam lemari yang gelap dan suhu tertentu selama 10-15 hari 
2.    Pembiakan miselium F1
Pembiakan tahap ini merupakan perbanyakan miselium hasil pembiakan tahap pertama. Hasil pembiakan tahap kedua ini disebut F2.
Prosedur kerja yang harus dilakukan pada pembiakan tahap kedua tidak berbeda dengan pembiakan tahap pertama yaitu :
a)      Persiapan alat dan bahan
Alat   :  Botol kaca bening, kapas, kantong plastik, autoclave. penusuk dan pemadat dari kayu.
Bahan :   Serbuk kayu gergaji, bekatul dan kapur
b)      Pembuatan media tanam
     1) Mencampur serbuk kayu, bekatul dan kapur
2) Memasukkan ke dalam botol kaca hingga penuh.

3) Memadatkan media tersebut dengan kayu yang ditekan berulang-ulang.
4) Melubangi permukaan media dengan kayu sedalam 3 cm.
5) Menyumbat ujung botol dengan kapas.
6) Menutup kembali dengan kantong plastik.
7) Sterilisasi media tanam dengan autoclave bersuhu 100-125 ºC.
8) Mendinginkan media tanam pada suhu kamar.

c)    Inokulasi bibit F1
Cara inokulasi dari media bibit induk ke media perbanyakan bibit F2 adalah sebagai berikut :
1) Memilih bibit induk F1 yang baik kualitasnya.
2) Menyiapkan peralatan inokulasi yang sudah disterilkan.
3) Menyemprot LAF dengan alcohol 70% dan alat-alat lainnya.
4) Menyalakan bunsen, membuka kapas penyumbat dan membakar ujung tabung reaksi selama beberapa detik.
5) Melakukan inokulasi bibit induk F1 dengan cara mengambil sedikit media PDA miring menggunakan jarum ose lurus.
6) Memasukkan potongan tersebut ke dalam media perbanyakan bibit F2 yang telah disiapakan.
7) Menginkubasi bibit F2 dalam lemari.

3. Pembiakan miselium F2
Pembiakan tahap ini merupakan perbanyakan miselium hasil pembiakan tahap kedua (F2) sehingga diperoleh bibit jamur siap tanam. Hasil pembiakan ini disebut F3.
a)      Persiapan alat dan bahan
Alat   :  Botol kaca bening, kapas, kantong plastik, autoclave. penusuk dan pemadat dari kayu.
Bahan :   Serbuk kayu gergaji, bekatul dan kapur
    b)   Pembuatan media tanam
1) Mencampur serbuk kayu, bekatul dan kapur.
2) Memasukkan ke dalam botol kaca hingga penuh.
3) Memadatkan media tersebut dengan kayu yang ditekan berulang-ulang.
4) Melubangi permukaan media dengan kayu sedalam 3 cm.
5) Menyumbat ujung botol dengan kapas.

6) Menutup kembali dengan kantong plastik.
7) Sterilisasi media tanam dengan autoclave bersuhu 100-125 ºC.
8) Mendinginkan media tanam pada suhu kamar.
c)      Inokulasi bibit F2
Cara inokulasi dari media bibit induk ke media perbanyakan bibit F2 adalah sebagai berikut :
1) Memilih bibit induk F2 yang tumbuh dengan baik.
2) Menyiapkan peralatan inokulasi yang sudah disterilkan.
3) Menyemprot LAF dengan alcohol 70% dan meletakkan bunsen serta alat-alat inokulasi di dalamnya.
4) Menyalakan bunsen, mengambil botol F2 dan disterilkan dengan cara membuka kapas penyumbat dan mendekatkan mulut botol ke bunsen selama beberapa detik.
5) Mengambil pinset panjang lalu dimasukkan ke dalam media bibit F2 agar media yang telah ditumbuhi miselium hancur.
6) Memasukkan serpihan miselium dan media ke dalam botol media F3 yang telah disiapakan.
7) Menginkubasi bibit F3 dalam suhu ruangan.


d)    Pembiakan miselium F3
Pembiakan tahap ini merupakan perbanyakan miselium tahap ketiga atau budidaya jamur sehingga diperoleh bibit jamur siap konsumsi. Prinsip kerja, alat dan bahan pada tahap ini sama dengan tahap F2 dan F3 tetapi menggunakan kantong plastic (bag log). Proses membuat bag log adalah sebagai berikut:
1) Mengambil kantong plastik yang berukuran kira-kira 20 x 35 cm (kantong plastic dari jenis polipropilena yang tahan panas) dan diisi dengan campuran serbuk kayu, dedak dan kapur.

2) Melipat kedua ujung kantong plastik kearah dalam sehingga dasar kantong plastik membentuk silindris.
3) Mengisi media serbuk kayu ke dalamnya hingga padat, dengan cara ditekan-tekan oleh tangan atau botol, usahakan media sepadat mungkin dan kantong plastik tidak berkerut (tegak) atau dipadatkan dengan alat pres. 
4) Mengikat bagian atas kantong plastik dengan cincin paralon.

5) Melubangi media dengan batang penusuk lalu tutup dengan kapas, usahakan kapas menutup dengan erat seluruh mulut cincin paralon.
6) Menutup lagi dengan kantong plastic kecil.
7) Melakukan sterilisasi bag log dalam autoclave besar/ oven selama 5-10 jam.

8) Mendinginkan baglog pada suhu kamar.


9) Melakukan inokulasi bibit F3 ke dalam bag log.
    
10) Baglog siap dipelihara di kubung / dipasarkan ke beberapa budidaya jamur.

Contoh baglog dalam kubung :

11) Memelihara bag log dalam kubung dan dipanen bila tubuh buah telah dewasa.
                   
Bag log ditata dalam kubung
                  
Bag log berumur 3 minggu, misselium telah penuh, penutup kapas dibuka
                  
               Baglog berumur 4 minggu, jamur telah tumbuh dan siap panen
Baglog berumur 4 bulan, sudah tidak berproduksi dan perlu diganti

Setelah mengamati proses budidaya jamur tersebut, coba apakah kalian tertarik untuk mengembangkan budidaya jamur di lingkungan kalian? Untuk taraf pemula, kalian dapat mememperoleh bibit dari tempat budidaya jamur dan mencoba mulai dari pembuatan baglog seperti yang dikalkukan siswa SMA N 6 Yogyakarta sebagai berikut :
             Bahan-bahan :
1.      Serbuk gergaji 100 kg
2.      Bekatul / dedak 10-15 kg
3.      Kalsium karbonat (CaCO3) 0,5 kg
4.      Gips (CaSO4) 0,5 kg
5.      Pupuk 0,5 kg
6.      Benih 25 botol
7.      Air secukupnya 


Alat-alat :
   1. Timbangan, dan alat alat lain
2. Media tanam (baglog) dan kapas penyumbat.
3. Alat spray dan isi cairan alkohol, gunanya untuk mensterilkan ruangan termasuk tangan orang yang melakukan inokulasi.
4. Oven (sebagai pengganti autoclave)




Langkah-langkah :
1.Serbuk gergaji kering direndam air di bak selama 1 malam.
2. Tiriskan, kemudian menambahkan kalsium karbonat dan dedak, aduk sampai tercampur dan diamkan selama 5 hari.
3. Menambahkan bahan gips.
4. Membungkus ke dalam plastik pollybag (bag log) dan tutup dengan penyumbat kapas.
5. Sterilisasi baglog ke dalam oven 4-5 jam, lalu di inkubasi pada suhu ruangan.
6. Jika suhu media tanam sudah dalam keadaan dingin, buka penyumbat lalu masukkan bibit jamur ke dalam masing-masing baglog, kemudian tutup  lagi dengan kapas penyumbat.
Contoh bibit jamur yang di dapat dari tempat pembibitan :
7. Letakkan baglog pada kubung


Perawatan :
      1.      Tiap hari disemprot dengan air biasa maksimal 2 kali.
      2.      Jaga kelembapan antara 80-90% dan suhu sekitar 24-28 °C
3.      Jaga kebersihan dan pencahayaan tempat budidaya jamur.


      4.      Setelah miselium tumbuh memenuhi baglog, buka kapas penyumbat. 
 
      5.      Tunggu hingga jamur tumbuh untuk memanennya.
6.      Umur baglog mampu berproduksi hingga 4 bulan.



Berikut tayangan singkat budidaya jamur :
                                                           Sumber : bisnisjamur.wordpress.com


        

0 komentar:

Posting Komentar