Sebelum mempelajari budidaya jamur berikut, lakukan LKS 4 sebagai studi kasus budidaya jamur agar mendapat pengalaman langsung dan   tugas portofolio. 1. Teknik   Pembibitan Jamur Tiram Putih (Pleurotus   ostreatus)
Untuk mendapat hasil budidaya yang optimal, sebaiknya perhatikan sistematika jamur tiram sebagai berikut :
Karena jamur tiram mudah untuk dibudidayakan, masyarakat banyak mengupayakannya sebagai home industri hingga industri besar. Bahkan di SMA N 6 Yogyakarta juga sudah mengupayakan, namun baru satu jenis saja yaitu Jamur tiram putih.
 
·         Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Jamur   tiram putih merupakan jenis jamur yang banyak dibudidayakan, sehingga   menjadi potensi lokal yang banyak dijumpai di wilayah Sleman, jamur ini   juga sudah dicoba untuk dibudidayakan di SMA 6 Yogyakarta. Oleh karena   itu, potensi ini dapat dimanfaatkan sebagai obyek sumber belajar  materi  Basidiomycota dan perananya bagi kehidupan dalam media blog bentuk tutorial-discovery.  
  |  
| Gambar 30.  budidaya jamur tiram di SMA N 6 Yogyakarta |  
  
·         Morfologi Jamur tiram memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini memiliki tudung  (pileus) dan tangkai  (stipe atau stalk).   Pileus  berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5 cm-15 cm dan permukaan  bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Tangkainya dapat pendek atau panjang (2cm-6cm) tergantung pada kondisi  lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya. Jamur tiram selnya  berinti, berspora, tidak berklorofil dan merupakan sel-sel lepas atau  berambungan membentuk benang yang bersekat atau tidak bersekat yang  disebut hifa (sehelai benang). Hifa jamur terdiri dari sel-sel yang  berinti satu dan haploid. Hifa jamur menyatu membentuk jaringan yang  disebut miselium (kumpulan hifa). Miselium jamur bercabang-cabang dan  pada titik-titik pertemuannya membentuk bintik kecil yang disebut  sporangium yang akan tumbuh menjadi pin head (tunas atau calon  tubuh buah jamur) dan akhirnya berkembang (tumbuh) menjadi jamur atau  tubuh buah. Permukaan bawah tudung dari tubuh buah muda terdapat  bilah-bilah (lamella) (Djarijah, 2001: 13). ·         Lingkungan Hidup Jamur  tiram termasuk golongan heterotropik yang hidupnya bergantung pada  lingkungannya. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan  jamur adalah air, keasaman (pH), substrat, kelembaban, suhu udara dan  ketersediaan nutrisi. Air dibutuhkan untuk transportasi atau aliran  partikel kimia antar sel yang menjamin pertumbuhan dan perkembangan  miselium membentuk tubuh sekaligus menghasilkan spora. Pertumbuhan spora  dan miselium jamur umumnya membutuhkan kelembaban udara optimal. Jamur  tiram memiliki toleransi dan ketahanan terbatas terhadap keasaman (pH),  substrat (media tumbuh), dan suhu lingkungan. (Djarijah, 2001 :15) Jamur  tiram tumbuh dan berkembang sepanjang tahun di daerah beriklim dingin  sampai daerah tropis yang beriklim panas. Miselium jamur tumbuh optimal  pada suhu 25-30 ºC, dalam keadaan gelap dan kondisi asam (pH 5,5-6,5).  Sedangkan tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada suhu 18-20 ºC.  Tetapi, kondisi lingkungan atau substrat tempat tumbuh yang terlalu asam  (pH rendah) atau pH terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan  miselium. Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak tumbuh pada tempat-tempat  yang gelap. Tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada lingkungan yang  agak terang dan kondisi keasaman agak netral (pH 6,8-7,0). Cahaya  matahari dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah (tangkai dan  tudung). Tangkai jamur tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal jika  saat pembentukan primodia penyinaran lebih dari 40 lux. Cahaya matahari  yang menembus permukaan tubuh buah jamur akan merusak dan menyebabkan  kelayuan. Jamur tiram yang tumbuh pada tempat-tempat yang banyak  menerima penyinaran matahari memiliki tudung yang relatif kecil.  Pertumbuhan jamur hanya memerlukan sinar yang bersifat menyebar atau diffuse light (Djarijah, 2001 :16). Jamur  tiram termasuk dalam jenis jamur yang dapat tumbuh dan berkembang pada  berbagai macam kayu lapuk. Jamur tiram tumbuh optimal pada kayu lapuk  yang tersebar di dataran rendah sampai lereng pegunungna atau kawasan  yang memiliki ketinggian antara 600-800 m dpl. Jamur tiram adalah jenis  saprofit semi anaerob yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan.  Kandungan oksigen udara yang sedikit di sekitar tempat tumbuh jamur akan  mengganggu pembentukan tubuh buah. Jamur tiram yang tumbuh pada tempat  yang kekurangan oksigen memiliki tubuh kecil dan abnormal. Kebanyakan  tubuh buah jamur yang tumbuh pada lingkungan tersebut mudah layu dan  mati (Djarijah, 2001 :17) ·         Siklus Hidup  Siklus hidup jamur tiram hampir sama dengan siklus hidup jenis jamur dari kelas Basidiomycetes. Tahap-tahap pertumbuhan jamur tiram adalah sebagai berikut:   Ø Spora  (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di tempat  lembab akan tumbuh dan membentuk serat-serat halus menyerupai serat  kasar disebut miselium. Ø Jika  keadaan lingkungan tempat miselium baik, dalam arti temperatur,  kelembaban, substrat tempat tumbuh memungkinkan, maka kumpulan miselium  akan membentuk bakal tubuh buah jamur. Ø Bakal tubuh buah jamur kemudian membesar dan pada akhirnya membentuk tubuh buah jamur yang kemudian dipanen.  Ø Tubuh  buah jamur dewasa akan membentuk spora, jika spora sudah matang atau  dewasa akan jatuh dari tubuh  buah jamur (Suriawiria, 2006 : 96). Ditinjau  dari aspek biologinya, jamur tiram relatif lebih mudah dibudidayakan.  Pengembangan jamur tiram tidak memerlukan lahan yang luas. Masa produksi  jamur tiram relatif lebih cepat sehingga periode dan waktu panen lebih  singkat dan dapat kontinu. Pemeliharaan jamur tiram sangat praktis dan  sederhana, yaitu dengan cara menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan  pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur  tiram. Langkah-langkah pemeliharaan atau penanaman jamur tiram meliputi  persiapan sarana produksi dan tahapan budidaya. ·         Kandungan Nutrisi Jamur  tiram mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin, dan riboflavin  lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lainnya. Jamur tiram  mengandung 18 macam asam amino (isoleusin, lysine, methionin, cystein,  penylalanin, tyrosin, treonin, tryptopan, valin, arginin, histidin,  alanin, asam aspartat, asam glutamate, glysin, prolin, dan serin) yang  dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Komposisi  dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah sebagai  berikut :                     Tabel 4. Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gr jamur tiram (Djarijah, 2001: 10) 
   Zat   Gizi  |    Kandungan  |    
   Kalori   (Energi)  |    367    Kal      |    
   Protein  |    10,5 - 30,4  %  |    
   Karbohidrat  |    56,6    %  |    
   Lemak                           |    1,7 – 2,2  %  |    
   Thiamin  |    0,20    mg  |    
   Riboflavin  |    4,7 – 4,9  mg  |    
   Niacin  |    77,2    mg  |    
   Ca   (Kalsium)  |    314    mg  |    
   K(Kalium)  |    3793    mg  |    
   P   (Fosfor)  |    717    mg  |    
   Na   (Natrium)  |    837    mg  |    
   Fe(Besi)  |    3,4 – 18,2  mg  |    
             Jamur tiram juga memiliki sifat menetralkan racun dan zat-zat  radioaktif dalam tanah. Juga memiliki banyak khasiat seperti  menghentikan pendarahan, mempercepat pengeringan luka, mencegah diabetes  mellitus, menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas dan daya  tahan tubuh, serta mencegah tumor, kanker, kelenjar gondok, influenza,  sekaligus memperlancar buang air besar (Djarijah, 2001 :10). 
 Bibit jamur merupakan   faktor   penting dalam budidaya. Masalah pokok yang penting diperhatikan adalah   sebagai berikut :            a.       Media   Dasar 
  |  
Gambar   46. Media PDA  |  
 Media dasar merupakan media untuk   menumbuhkan bibit murni hasil perkecambahan spora atau bibit murni yang   diperoleh dari laboratorium. Media dasar yang paling umum digunakan  pada awal pembibitan adalah kaldu kentang   dekstrosa atau Potato Dextrosa Agar   (PDA). Kedua media dasar ini merupakan media paling sederhana, dibuat   dari air rebusan kentang ditambah dengan dekstrosa (untuk membuat kaldu atau   larutan) dan ditambah lagi dengan bahan pemadat, misalnya agar.               b.    Bibit   Murni atau kultur murni Bibit murni adalah miselia jamur   yang tumbuh di media dasar dan merupakan stok untuk keperluan pembuatan bibit   jamur. Bibit murni yang ditumbuhkan di media dasar dapat disimpan sampai 6   bulan. Namun, dengan penggunaan “freeze   drying”, bibit murni dapat disimpan selama 2-4 tahun tanpa mengalami   kerusakan.            c.      Substrat   bibit Substrat bibit berbeda dengan   substrat  media dasar, karena substrat   bibit terbuat dari bahan-bahan yang berhubungan dengan substrat tanam,   misalnya media bibit untuk jamur kayu. Komposisi bahan (formula) variasinya   tergantung pada tujuan pembuatan bibit. Media bibit juga harus berada dalam   keadaan steril, untuk menghindari atau yang akan menganggu pertumbuhan jamur   yang akan ditanam.             d.    Lingkungan    Jamur  tiram termasuk golongan heterotropik yang hidupnya bergantung pada  lingkungannya. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan  jamur antara lain : air, keasaman (pH), substrat, kelembaban, suhu udara dan  ketersediaan nutrisi.  Pertumbuhan spora  dan miselium jamur umumnya membutuhkan kelembaban udara optimal. Jamur  tiram memiliki toleransi dan ketahanan terbatas terhadap keasaman (pH),  substrat (media tumbuh), dan suhu lingkungan. (Djarijah, 2001 :15) Miselium jamur tumbuh optimal  pada suhu 25-30 ºC, dalam keadaan gelap dan kondisi asam (pH 5,5-6,5).  Sedangkan tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada suhu 18-20 ºC.  Tetapi, kondisi lingkungan atau substrat tempat tumbuh yang terlalu asam  (pH rendah) atau pH terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan  miselium. Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak tumbuh pada tempat-tempat  yang gelap. Tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada lingkungan yang  agak terang dan kondisi keasaman agak netral (pH 6,8-7,0). Cahaya  matahari dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah (tangkai dan  tudung). Tangkai jamur tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal jika  saat pembentukan primodia penyinaran lebih dari 40 lux. Cahaya matahari  yang menembus permukaan tubuh buah jamur akan merusak dan menyebabkan  kelayuan. Jamur tiram yang tumbuh pada tempat-tempat yang banyak  menerima penyinaran matahari memiliki tudung yang relatif kecil.  Pertumbuhan jamur hanya memerlukan sinar yang bersifat menyebar atau diffuse light (Djarijah, 2001 :16). Jamur   tiram termasuk dalam jenis jamur yang dapat tumbuh dan berkembang pada  berbagai macam kayu lapuk. Jamur tiram tumbuh optimal pada kayu lapuk  yang tersebar di dataran rendah sampai lereng pegunungna atau kawasan  yang memiliki ketinggian antara 600-800 m dpl. Jamur tiram adalah jenis  saprofit semi anaerob yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan.  Kandungan oksigen udara yang sedikit di sekitar tempat tumbuh jamur akan  mengganggu pembentukan tubuh buah. Jamur tiram yang tumbuh pada tempat  yang kekurangan oksigen memiliki tubuh kecil dan abnormal. Kebanyakan  tubuh buah jamur yang tumbuh pada lingkungan tersebut mudah layu dan  mati (Djarijah, 2001 :17) 
Pertumbuhan jamur sangat   dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yaitu: a)    Air Air dibutuhkan untuk transportasi atau aliran  partikel kimia antar sel yang menjamin pertumbuhan dan perkembangan  miselium membentuk tubuh sekaligus menghasilkan spora. 
Kandungan air yang diperlukan   untuk pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur sekitar 60-80% karena   apabila media kering akan menyebabkan pertumbuhan terganggu dan terhenti sama   sekali. Namun, sebaiknya jangan terlalu tinggi (lebih dari 80%) karena   miselia akan membusuk atau mati. Jamur akan mendapat kandungan air yang cukup   apabila waktu dan kuantitas penyiraman disesuaikan dengan lingkungan sekitar.   Sebaiknya penyiraman dilakukan pada sore hari. 
  |  
Gambar 47.  alat   penyemprot (sprayer)  |  
 b)   Sumber   nutrisi Kehidupan dan perkembangan jamur   memerlukan sumber nutrisi atau makanan dalam bentuk unsure-unsur kimia   misalnya nitrogen, fosfor, belerang, kalium, karbon, dan lain-lain.   Unsur-unsur ini sudah tersedia dalam jaringan kayu tetapi masih diperlukan   penambahan dari luar misalnya dalam bentuk pupuk. c)    Temperatur Jamur umumnya akan tumbuh baik   pada kisaran temperature antara 24-28 ºC. selama pertumbuhan bibit (miselia   seperti benang kapas), temperature diatur antara 28-30 ºC, sedangkan selama   pertumbuahn tubuh jamur sampai panen diatur antara 26-28 ºC. d)    Kelembaban   udara Selama pertumbuhan bibit dan   pertumbuhan tubuh buah, kelembaban udara diatur sekitar 90%. Tetapi jika   kelembaban kurang misalnya sekitar 80% maka substrat jamur akan mengering. Cara menjaga kelembapan ini antara lain dengan   menyemprot air secukupnya. e)    Cahaya Jamur sangat peka terhadap   cahaya, misalnya cahaya matahari secara langsung. Oleh sebab itu,   tempat-tempat yang teduh misalnya di bawah pohon pelindung atau di dalam   ruangan merupakan tempat yang sangat baik untuk pemeliharaan. f)     Kontaminasi 
  |  
Gambar   48. bibit yang terkontaminasi  |  
 Kontaminasi adalah kehadiran   jamur lain yang merugikan. Selama pemeliharaan, pertumbuhan miselia jamur   dalam media harus sering diteliti atau diperiksa, terutama jika ada   pertumbuhan miselia berwarna gelap (hitam, coklat, hijau, biru atau merah),   yang menandakan kehadiran jamur lain tersebut. Media yang terkontaminasi   sebaiknya diganti dan jamur dipindahkan pada media yang lain atau media   tersebut dimusnahkan dengan cara dikubur dan dibakar. 
  |  
Gambar   49. Baglog yang   terkontaminasi  |  
 g)   Raising Raising adalah usaha untuk   mengatur kondisi lingkungan atau media tempat tumbuh jamur agar miselianya   tumbuh optimal dalam membentuk tubuh buah.             e.    Teknik   pembuatan dan pemeliharaan bibit Teknik yang digunakan   harus efisien dan efektif sesuai dengan jenis jamur yang ditumbuhkan. Bibit   jamur yang ditanam pada umumnya masih dalam bentuk miselia dengan pertumbuhan   terbatas. Miselia tumbuh dan berkembang ke segala arah. Jika perkembangan   miselia sudah cukup dan kondisi miselia memadai, maka tumbuh bakal atau   kuncup tubuh buah, berupa bulatan sebesar kepala jarum pentul. Jika kondisi   lingkungan memungkinkan, kuncup tersebut akan tumbuh membesar hingga akhirnya   membentuk tubuh buah yang disebut batang jamur (Suriawiria, 2002 : 63-68).  
 2.        Prosedur   Kerja Budidaya jamur tiram   diproduksi melalui 4 tahap pembiakan tetapi pembibitan jamur tiram hanya   terdiri dari 3 tahap yaitu :                    Tabel 5. Tahap   pembiakan jamur tiram :    1.      Pembuatan kultur murni      Tahap ini meliputi :    a)      Penyiapan   alat dan bahan   Beberapa bahan dan   peralatan yang digunakan dalam pembuatan bibit induk (F1)  adalah sebagai   berikut :   
 -                                    Dissecting   kids  (pinset   atau penjepit, scapel, gunting, dan lain-lain) 
 
-                                         Alat-alat dari gelas (tabung   reaksi dari beaker glass) 
 
-                                         Inoculating   set (jarum ose dari jarum inokulasi) 
 
-                                         Timbangan
 
 -           Alat-alat lainnya (Tabung reaksi dan rak   tabung reaksi)
  
   -                                        Bahan-bahan untuk media tumbuh
 
  
 Bahan yang digunakan dalam   pembiakan jamur tahap ini adalah bahan semi sintetis, alcohol, dan aquadest   steril. Bahan semi sintetis berupa campuran agar, dekstrose dari kentang.   Komposisi bahan-bahan yang diperlukan terdiri dari 50 kentang, 5 gram   dekstrose, 2,5 gram agar-agar dan aquadesh steril. b)   Pembuatan   media tanam Pembuatan media tanam yang   digunakan untuk pembiakan (F1)   jamur tiram adalah : 
1) Membersihkan   kentang dan mencucinya dengan air bersih. 
2) Mengiris-iris   kentang dan dicuci kembali dengan aquadest steril 
3) Merebus   kentang selama 30-45 menit 
4) Menambahkan   serbuk gergaji dan menyaring dengan kain flannel 
5) Menambahkan   agar dan dekstrose 
6) Merebus   kembali campuran tersebut selama 15 menit 
7) Mendinginkan   dan memasukkan campuran tersebut ke dalam tabung reaksi 
8) Menutup   ujung tabung dengan kapas dan dibalut aluminium foil 
9) Mensterilkan   media tersebut pada autoclave dengan suhu 125ºC selama 1 jam 
10) Mengangkat   dan mendinginkan tabung reaksi dengan posisi miring c)    Pemilihan   jamur Beberapa kriteria   jamur tiram putih yang harus diperhatikan untuk menjadi induk adalah : 
1) Jamur   cukup dewasa, sehat, dan bebas dari hama penyakit 
2) Berumur   sekitar 2-3 hari sebelum berkembang menjadi tubuh buah (masih berupa pin head) 
3) Bebas   dari kelainan fisik (normal) 
4) Bentuknya   besar, berdaging tebal, dan kokoh d)     Pengambilan   dan penanaman eksplan (inokulasi) Sumber :   www.youtube.com-inokulasi bibit Inokulasi bibit induk (F1) jamur tiram terdiri dari   beberapa proses yaitu: 1) Memilih   dan mencabut jamur tiram yang memenuhi kriteria 2) Menyalakan   lampu spiritus dan blower 3) Mencuci   jamur tiram dengan aquadest hingga bersih 4) Menyemprot   atau mencuci jamur tiram dengan alcohol 70% 5) Mengambil   eksplan dengan pisau scapel steril kemudian menyayat jamur tiram secara   vertical hingga terbelah menjadi dua bagian 6) Mengambil   eksplan dengan cara menyayat beberapa bagian tangkai kira-kira sebesar   (0,5x0,5) cm 7) Memasukkan   eksplan tersebut ke dalam media tanam 8) Menginkubasi   bibit F1   di dalam lemari yang gelap dan suhu tertentu selama 10-15 hari  2.    Pembiakan   miselium F1  Pembiakan tahap ini merupakan   perbanyakan miselium hasil pembiakan tahap pertama. Hasil pembiakan tahap   kedua ini disebut F2. Prosedur kerja yang harus   dilakukan pada pembiakan tahap kedua tidak berbeda dengan pembiakan tahap   pertama yaitu : a)      Persiapan   alat dan bahan Alat   :    Botol kaca bening, kapas, kantong plastik, autoclave. penusuk dan   pemadat dari kayu. Bahan :   Serbuk kayu gergaji, bekatul dan kapur 
 b)      Pembuatan   media tanam      1) Mencampur   serbuk kayu, bekatul dan kapur 
2) Memasukkan   ke dalam botol kaca hingga penuh.  
 3) Memadatkan   media tersebut dengan kayu yang ditekan berulang-ulang. 4) Melubangi   permukaan media dengan kayu sedalam 3 cm. 5) Menyumbat   ujung botol dengan kapas. 6) Menutup   kembali dengan kantong plastik. 7) Sterilisasi   media tanam dengan autoclave bersuhu 100-125 ºC.  |   
0 komentar:
Posting Komentar